Jumat, 03 Juni 2011

Telan Enam Nyawa, Bombo Ncera Kesohor

Info Kampung - Bima
Monday, 07 February 2011 01:45
KM Sarei Ndai. Pasca peristiwa tewasnya enam warga asal Kota Bima, Kamis lalu, lokasi rekreasi Bombo Ncera semakin kesohor. Kini, lokasi itu banyak dikunjungi warga Kota dan Kabupaten Bima. Warga yang datang melihat upaya pencarian korban juga menyempatkan diri melihat keindahan alam Bombo Ncera.
Momen tersebut dimanfaatkan sejumlah warga untuk berfoto-foto tepat di tempat enam korban mandi sebelum terseret arus banjir.“Saya baru kali ini melihat Bombo Ncera, ternyata sangat bagus. Suasana alamnya sangat indah. Pantas banyak warga yang kesini,” kata Sri, warga Kota Bima. Hingga Ahad kemarin, banyak warga silih berganti mengunjungi Bombo Ncera. Mereka mengaku penasaran dengan lokasi itu. “Mumpung ke sini (Embung Ncera, Red) sekalian kita mau lihat-lihat lokasi Bombo Ncera,” kata Sri. Pantauan KM Sarei Ndai, Bombo Ncera memang representatif sebagai lokasi rekreasi. Bebatuan besar dan datar terlihat bertingkat-tingkat sekaligus bisa menjadi tempat duduk. Selain itu, di sisi kiri dan kanan tebing terdapat dua air terjun yang jernih. Tepat di tempat jatuhnya air terjun itulah warga menikmati kesejukan air dengan mandi dan merendam diri.
Sejak dulu, lokasi itu diakui banyak dikunjungi warga. Di tempat itulah para muda-mudi setempat datang memadu kasih. “Waktu muda dulu di sini kami datang dan saling berbalas pantun,” kata warga yang enggan ditulis namanya. Hampir setiap hari Minggu dan hari libur lainnya tempat itu selalu ramai pengunjung. Sayangnya, sejak beberapa tahun terakhir, tidak banyak warga yang datang berkunjung. Hal itu, seiring munculnya berbagai aksi kejahatan yang membuat pengunjung kurang nyaman. “Itulah yang menjadi kendala kami sehingga tempat ini tidak lagi banyak dikunjungi warga,” kata Kepala Desa Ncera, Arahman.
Padahal, kata Arahman, pelakunya bukan warga Ncera, melainkan warga dari desa lain. Selain itu, kata Arahman, kemungkinan warga juga enggan ke lokasi itu karena di Kecamatan Belo dikenal sering terjadi pertikaian antarkampung. “Sepertinya, warga sudah trauma datang wilayah kami,” katanya. (Yad)

Kamis, 02 Juni 2011

Gerakan Nasional Turunkan Harga

Surabaya - Sekitar 50 mahasiswa gabungan dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya berdemo di depan Gedung Negara Grahadi. Mereka menuntut agar harga sembako diturunkan.

Dalam aksi yang memacetkan kawasan Jalan Gubernur Suryo, mereka meneriakkan yel-yel tentang tuntutan ke pemerintah, untuk segera kembali menurunkan dan menstabilkan harga sembako yang sudah tak mampu lagi dibeli oleh rakyat.

"Hanya satu tuntutan kita yakni turunkan harga sembako. Karena akibat harga sembako yang tinggi membuat masyarakat miskin makin terjepit," kata Koordinator Aksi, Heru Abdullah yang juga Presiden BEM Ubhara tersebut di sela-sela aksi kepada wartawan, Jumat (4/4/2008).

Selain berorasi dan membentangkan poster, pengunjuk rasa juga melakukan aksi teatrikal yang diperankan lima mahasiswa. Teatrikal itu menggambarkan susahnya masyarakat membeli minyak tanah, beras dan tempe. beberapa poster yang diusung berbunyi,'Apa Bedanya Orde Lama & Orde baru Jika Rakyat Harus Mengantre dan Menderita untuk Mendapat Sesuap Nasi','Maaf..Gubernur Lagi Tidur, Harap Antre..!!'.

Pengamanan unjuk rasa ini dijaga ketat oleh beberapa personel kepolisian Polres Surabaya Selatan dan Unit Tangkal

BEM Surabaya TuntunPendidikan Murah


Gagal mendobrak masuk pintu gerbang Grahadi Surabaya, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Surabaya, Jumat (02/05) dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, dengan aksi turun kejalan, akhirnya melanjutkan aksinya menuju gedung DPRD Surabaya.

Menjelang berakhirnya aksi yang dilakukan ratusan mahasiswa dari sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Surabaya, mahasiswa melakukan upaya untuk mendobrak pintu gerbang sisi timur Grahadi Surabaya. Mereka berusaha masuk dan mendorong pintu pagar yang sudah dijaga ketat puluhan Satpol PP.

"Kami ingin masuk dan melihat betapa nikmatnya fasilitas yang ada didalam sana. Kalau tidak kenapa kami dilarang masuk. Mereka yang punya kepentingan dengan rakyat mestinya juga harus bisa merasakan kekurangan yang dialami rakyat. Kami ingin masuk kedalam sana. Ayo kawan-kawan, jangan ragu, kita dobrak pintu rumah rakyat ini. Ayo maju!!! Dorong!!!" teriak Heru Abdullah koordinator aksi.

Mahasiswa yang sudah mendekati pintu pagar dan mencoba beberapa kali mendorong pagar kokoh terbuat dari besi itu, akhirnya harus puas mencoba kembali. Sedikitpun pagar terbuat dari besi dengan tinggi sekitar 3 meter itu seakan tak bergerak didorong kekuatan mahasiswa yang Jumat (02/05) berdemo.

Beberapa anggota Satpol PP yang berjaga dibalik pagar dan mencoba menahan dorongan mahasiswa kearah pintu pagar sisi timur Grahadi terpaksa harus ekstra bertahan. Sementara puluhan Polisi dari Unit Tangkal yang menyandang senjata, hanya melihat dan memantau aksi dorong pagar yangdilakukan mahasiswa.

Tak kurang 4 kali aksi dorong pintu pagar sisi timur Grahadi antara mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Surabaya dengan anggota Satpol PP berlangsung. Setelah puas mencoba mendorong pintu pagar tersebut meski tanpa hasil, akhirnya puluhan mahasiswa dengan berbagai warna almamternya itupun meninggalkan pintu sisi timur Grahadi Surabaya.

Massa aksi Aliansi BEM Surabaya, kemudian bergerak kembali. Kali ini mereka berencana menemui anggota dewan dan menyampaikan pernyataan sikap. Ketika memasuki halaman gedung DPRD Surabaya, Polisi sudah berjaga dibalik pintu kaca. Polisi melarang seluruh massa aksi untuk masuk kedalam gedung dewan.

"Sebaiknya beberapa perwakilan saja yang masuk. Jangan semuanya masuk. Karena jumlah mahasiswanya cukup banyak," ujar seorang anggota Polisi sembari menawarkan pada koordinator aksi agar memilih beberapa perwakilan untuk menemui anggota dewan. namun oleh Korlap aksi Heru Abdullah dari BEM Ubhara, Tawaran Polisi itu ditolak, "Kami semua ini tamu yang harus ditemui oleh tuan rumah" ujarnya dengan nada tinggi. sehingga RUSLI YUSUF anggota Komisi B DPRD Surabaya, terpaksa keluar untuk menemui massa aksi di Depan kantor DPRD surabaya.

Mahasiswa ingin menyampaikan pernyataan sikapnya terkait pendidikan di negeri ini bertepatan dengan Hardiknas 2 Mei 2008. "Baiklah, aspirasi itu memang sudah jadi bagian dari agenda kawan-kawan didewan. Kami tak henti-hentinya melakukan perjuangan serta pembahasan soal pendidikan," tukas RUSLI YUSUF. Korlap aksi Heru Abdullah sempat berteriak memaksa anggota DPRD Kota surabaya tersebut untuk turun aksi besama-sama mahasiswa, namun RUSLI YUSUF menolak ajakan tersebut. Dan usai menyampaikan aspirasinya, Aliansi BEM Surabaya pun membubarkan diri.


detiktv - Demo Tolak Kapitalis Pendidikan Sempat Memanas

Aliansi BEM Surabaya

13 BEM Desak Nasionalisasi Industri Migas
Surabaya, CyberNews. Sebanyak 100-an aktivis Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari 13 kampus di Surabaya, Rabu (21/5), melakukan long march dari Kebun Binatang Surabaya Joyoboyo ke Pasar Wonoromo untuk mendesak nasionalisasi industri minyak dan gas.

Dalam long march yang melawan arus lalu lintas sehingga memacetkan jalan raya di kawasan padat itu, dilakukan BEM dari Unesa, Ubhara, UPN, Unitomo, Untag, UWKS, Unmer, ITATS, Perbanas, Unkar, Unipra, STIKES, dan UWP. Hal yang sama juga dilakukan Keluarga Besar Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, namun puluhan aktivis IAIN memilih aksi long march tunggal dari kampus, depan Kejati Jatim Jl Ahmad Yani, hingga Royal Plasa dengan isu yang hampir sama dengan BEM.

"Pemerintah ingin menyelamatkan APBN tapi dengan cara menyengsarakan rakyat. Padahal, kalau mau bisa saja pemerintah melakukan nasionalisasi industri pertambangan untuk mengatasi," kata juru bicara aksi Aliansi BEM Surabaya, Heru Abdullah.

Menurut dia, pemerintah bisa meniru pemerintah Venezuela dan Bolivia yang mampu mengatasi krisis domestik dengan nasionalisasi aset dan moratorium utang, bukan membuat kebijakan dengan menaikkan harga bahan bakar minyak. "Kalau setiap ada masalah, lalu pemerintah mengambil jalan pintas, itu seperti manajemen anak kos saja, karena anak kos itu suka mengatasi masalah dengan cara utang. Kalau begitu, apa artinya pemerintah itu ada," katanya.

Cara lain, katanya, sita harta koruptor, hapuskan tunjangan dan potong gaji pejabat eksekutif dan legislatif, dan banyak lagi. "Yang jelas, bukan menaikkan harga BBM bersubsidi terus-menerus," katanya.

Aksi yang dikawal Kasatlantas Polwiltabes Surabaya, AKBP M Iqbal itu, sempat diikuti puluhan anggota masyarakat yang dilewati aksi BEM Surabaya. Mereka mengikuti aksi long march mahasiswa dari Joyoboyo-Wonokromo. "Saya senang ikut adik-adik mahasiswa, karena saya sedih dengan kenaikan harga BBM yang sekarang sudah diikuti kenaikan bahan pokok, bahkan suami saya meninggal karena hidupnya yang susah," kata pedagang sandal, Ny Supeno.

Ditanya tentang Bantuan Langsung Tunai (BLT), ibu dua anak itu mengaku senang, tapi BLT itu hanya sementara. "Kalau pemerintah itu memimpin lima tahun, tapi kami diberi BLT hanya setahun, lalu empat tahun harus makan apa," katanya lirih.

Aksi mahasiswa yang mengenakan jaket almamater itu berlangsung sejak sekitar pukul 11.00 hingga pukul 13.00 WIB. Mereka juga membagi-bagikan pernyataan sikap mereka terkait penolakan kanaikan harga BBM. Selain itu, para aktivis BEM itu juga membentangkan bendera almamater dan poster yang antara lain berbunyi 'Turunkan Harga Sekarang Juga', 'Tolak Kenaikan BBM', 'Sita Aset Pejabat', 'BBM Naik - SBY Turun' dan sebagainya.

( Ant / CN05 )